Rabu, 22 Juni 2011

ditemani sate babi

Mereka menari-nari di pelataran panggung terbuka. Luwes gemulai.Saya berdiri di tengah kerumunan orang banyak,dengan kepala mencuat di sela-selanya. Art Centre malam ini panas dengan sendratari Manik Angkeran.Katanya sendratari ini yang paling populer di sini,dan pemain-pemainnya pun adalah yang terpilih dan paling tua se daerah Gianyar.Mereka menari dengan make up dan topeng,corak di kostum yang mereka kenakan berbeda-beda,menandakan kaarakter yang sedang mereka mainkan. Di tengah-tengah acara,banyak anak seumuran kelas 1 SMP berjualan sate babi dan air minum. Pemandangan eksotis ini semakin menggugah saya untuk tetap berdiri di tempat ketika saya juga melihat bulan muncul sedikit tepat di atas tengah pura.

Manik Angkeran menceritakan tentang Legenda Selat Bali.Dahulu, Bali dan Jawa adalah kesatuan. Manik Angkeran adalah seorang Raja di Bali yang setiap hari hanya sabung ayam hingga hartanya habis untuk berjudi. Sampai suatu hari ia memotong ekor naga penjaga kerajaan dan ia kemudian dipindahkan ke Jawa oleh ayahnya sendiri. Diciptakanyalah Selat Bali agar Manik Angkeran tidak bisa kembali lagi ke Dewata.

Karakter-karakter dalam sendratari ini menunjukan keadaan jaman sekarang yang sudah ada dari jaman dahulu. Kerakusan petinggi yang digambarkan dengan perjudian oleh Manik Angkeran yang adalah seorang pemimpin,adalah foto situasi Indonesia pada jaman ini. Pertanggung jawaban atas jabatan dan konsekuensinya pada masyarakat dan hidupnya sediri khususnya,tergambar secara runtut dalam sendratari ini.Mengajarkan ;agi kepada kita nilai-nilai yang telah hilang di masyarakat. Sangat hidup malam ini dengan kelihaian para pemainnya membawa penonton masuk ke dalam legenda itu. Gamelan Bali yang bertempo cepat,membuat saya semangat menonton pertunjukkan ini sampai habis dengan sate babi di tangan saya.Tidak terasa 2 jam sudah kepala saya mencuat di sela-sela kepala orang.Saya berjalan masuk ke ruang rias pemain dan memegang ekor naga yang telah dipotong. Konon katanya,kita bisa kaya jika memegang ekor naga itu.

Saya pulang membawa sate babi di tangn dan dokumentasi yang tdak henti2nya saya lihat.What a wonderful performance!

Denpasar

Subak dan Perjalanan Kami

Tidak banyak petani bercaping saya temui disini. Padahal,sawah berundak undak hijau terbentang luas dipenuhi kupu-kupu di atasnya. Saya menemukan pemandangan ini pada pukul 8 pagi,sengaja bangun, keluar dari hotel dan memutuskan untuk mendatangi tempat ini. Kesegaran udara pagi dilatari pura dan bau dupa . Ini sangat damai.DAMAI.

Saya memarkir motor jauh di pinggir jalan. Saya mulai berjalan lewat pematang sawah dan menemukan sungai kecil yang bening dan ada mata air di pojok bebatuan.Terakhir kali saya menemui pemandangan seperti ini adalah 11 tahun yang lalu di kaki Merapi.Saya teringat betapa saya senang sekali berlama-lama melihat air berpadu dengan sawah yang hijau.Dan ternyata ini tidak berubah. Saya baetah melihat air yang mengalir memantulkan cahaya matahari.Saya percaya,pemandangan ini tidak terjadi begitu saja tanpa ada yang menciptakan. Ya, sudah pasti Tuhan yang menciptakan,namun jika tidak ada yang memperhatikan pasti tidak akan ada pemandangan seperti ini.

Masyarakat disini sangat memperhatikan hal yang kecil sekalipun.Mereka sangat menghormati apa yang telah ada. Kedekatan mereka dengan alam diperlihatkan dengan dupa yang setiap hari mereka persembahakan.Mereka bekerjasama dengan sekitar.Dan atmosfir disini memang sangat berbeda.

Petani dengan gambaran caping dan sepeda jarang sekali saya temui disini. Petani disni adalah wanita dengan kain kuning diikat di pinggang,caping yang lebar atau terkadang tanpa caping,dan berjalan sembari membawa sajen mereka sebelum bekerja.Mereka seprti sungguh sungguh hidup dengan semangatnya.” Alam senang jika kita ikhlas berjalan dengan mereka”,kata seorang mbak-mbak yang sedang mngganti dupa.Sungguh pagi ini sangat menawan.

Saya duduk dibawah pohon yang lumayan rindang di tengah sawah.Saya seperti melihat karpet hijau yang luas terbentang di hadapan mata.Matahari masih belum tepat di tengah,dan saya tahu dari matahari bahwa di timur saya ada pura dengan arsitektur kuning emas terlihat mencolok di tengah hijau.Lurus ke depan saya bisa melihat hijau tanpa batas dan di barat bukit denga awan tang menggantung siang itu mencuri fokus saya. Ini orgasme.Saya bisa melihat semuanya dengan jelas disini. Agung.sungguh agung.Dan saya berjalan menuju warung sederhana dengan rumah indah di belakangnya,menikmati sambil minum kopi hangat.

Ubud

SUPER EXPLODE!

Swing it

Dancing and Dreamin

in front of the orange shrine

twilight inside merry-go-round

Ubud,oct 10