Rabu, 22 Juni 2011

Subak dan Perjalanan Kami

Tidak banyak petani bercaping saya temui disini. Padahal,sawah berundak undak hijau terbentang luas dipenuhi kupu-kupu di atasnya. Saya menemukan pemandangan ini pada pukul 8 pagi,sengaja bangun, keluar dari hotel dan memutuskan untuk mendatangi tempat ini. Kesegaran udara pagi dilatari pura dan bau dupa . Ini sangat damai.DAMAI.

Saya memarkir motor jauh di pinggir jalan. Saya mulai berjalan lewat pematang sawah dan menemukan sungai kecil yang bening dan ada mata air di pojok bebatuan.Terakhir kali saya menemui pemandangan seperti ini adalah 11 tahun yang lalu di kaki Merapi.Saya teringat betapa saya senang sekali berlama-lama melihat air berpadu dengan sawah yang hijau.Dan ternyata ini tidak berubah. Saya baetah melihat air yang mengalir memantulkan cahaya matahari.Saya percaya,pemandangan ini tidak terjadi begitu saja tanpa ada yang menciptakan. Ya, sudah pasti Tuhan yang menciptakan,namun jika tidak ada yang memperhatikan pasti tidak akan ada pemandangan seperti ini.

Masyarakat disini sangat memperhatikan hal yang kecil sekalipun.Mereka sangat menghormati apa yang telah ada. Kedekatan mereka dengan alam diperlihatkan dengan dupa yang setiap hari mereka persembahakan.Mereka bekerjasama dengan sekitar.Dan atmosfir disini memang sangat berbeda.

Petani dengan gambaran caping dan sepeda jarang sekali saya temui disini. Petani disni adalah wanita dengan kain kuning diikat di pinggang,caping yang lebar atau terkadang tanpa caping,dan berjalan sembari membawa sajen mereka sebelum bekerja.Mereka seprti sungguh sungguh hidup dengan semangatnya.” Alam senang jika kita ikhlas berjalan dengan mereka”,kata seorang mbak-mbak yang sedang mngganti dupa.Sungguh pagi ini sangat menawan.

Saya duduk dibawah pohon yang lumayan rindang di tengah sawah.Saya seperti melihat karpet hijau yang luas terbentang di hadapan mata.Matahari masih belum tepat di tengah,dan saya tahu dari matahari bahwa di timur saya ada pura dengan arsitektur kuning emas terlihat mencolok di tengah hijau.Lurus ke depan saya bisa melihat hijau tanpa batas dan di barat bukit denga awan tang menggantung siang itu mencuri fokus saya. Ini orgasme.Saya bisa melihat semuanya dengan jelas disini. Agung.sungguh agung.Dan saya berjalan menuju warung sederhana dengan rumah indah di belakangnya,menikmati sambil minum kopi hangat.

Ubud

Tidak ada komentar:

Posting Komentar